Rabu, 16 Oktober 2013

Paes ”Simbol Kecantikan Wanita Jawa”




Keberagaman suku di Indonesia memunculkan berbagai keberagaman budaya. Termasuk upacara adat, khususnya pernikahan. Pernikahan sendiri merupakan peristiwa sakral yang dianggap bersejarah bagi sebagian besar manusia. Dalam hal ini bukan upacara pernikahan  yang akan dibahas, tapi riasan pada pengantin wanita suku Jawa.
Jawa yang merupakan suku raksasa ini memiliki banyak ragam riasan pengantin. Kali ini saya akan mengulas tentang rias pengantin dari Surakarta. Mari kita kerucutkan riasan menjadi bagian dari riasan pengantin. Ada bagian dari sosok nan ayu calon mempelai wanita dalam anggunnya balutan kain batik yang membuat saya tertarik. Warna hitam pada dahi pengantin wanita atau yang akrap disebut paes.
Paes adalah bentuk riasan pengantin wanita yang bertujuan untuk mempercantik diri. Tujuan paes adalah untuk membuang hal-hal buruk dan menjadikan pengantin  menjadi manusia solehah dan dewasa. Karena itu paes menurut orang jawa adalah simbol kecantikan wanita dan juga penanda kedewasaan.
Paes atau paesan memiliki empat bagian. Bagian pertama adalah lengkungan di tengah dahi yang disebut penunggul atau gajahanPenunggul mengandung arti  sesuatu yang baik atau sesuatu yang besar. Harapan seorang wanita yang dihormati dan ditinggikan derajatnya. Selain itu penunggul juga merupakan do’a agar pasangan pengantin bisa menjadi pasangan yang sempurna dalam membina rumah tangga.
Bagian ke dua adalah pengapit. Bentuk diantara penunggul dan penitis. Pengapit atau pendamping ini memiliki dua bagian, pengapit kiri dan kanan. Pengapit mengandung makna sebagai pendamping yang mengontrol gajahan/ penunggul. Sekalipun sudah menjadi manusia sempurna jika terpengaruh pendamping kiri maka akan sesat juga. Karena itu pendamping kanan hadir sebagai pengingat agar tetap teguh dan kuat dalam menjalani kehidupan.
Selanjutnya adalah penitis, bentuk yang berada di atas godheg. Penitis (dalam bahasa  Jawa dari= titis)memiliki makna sebagai harapan agar pengantin mencapai tujuan yang tepat selain itu penitis merupakan simbol kearifan. Untuk pengantin wanita sendiri penitis adalah harapan agar menjadi wanita yang bertindak tepat dalam mengurus rumah tangga.
Godheg adalah bagian terakhir paes yang memperindah cambang. Bentuknya yang melengkung ke belakang memberi arti bahwa manusia harus sadar dari mana asal usulnya. Manusia diharapkan sempurna, dan syaratnya adalah dengan membelakangi keduniawian. Dari sumber lain godheg merupakan harapan kedua mempelai agar tidak gegabah dan terburu-buru dalam melangkah dan mengambil keptusan.
Selain bagian-bagian paes yang mempercantik pengantin wanita, bentuk lengkungan paes juga mengundang ketertarikan. Kenapa bentuk paes cenderung lengkung dan arahnya ke bawah. Hal tersebut dimaknai sebagai seorang wanita/ istri harus memiliki sifat yang lembut dan senantiasa merunduk atau temungkul. Dengan sifat lembut dan rendah hati akan tercipta wanita yang berbudi luhur kang utomo.
Seperti halnya falsafah Jawa, segala sesuatu yang dilakukan manusia adalah do’a dan bentuk ibadah kepada sang pencipta. Sama halnya dengan simbol dan harapan yang tertuang dalam paes riasan pengantin wanita Jawa. Warna hitam dan bentuk lengkungan itu pun merupakan do’a dan pengharapan yang baik atas pengantin yang akan membina sebuah kehidupan baru.
 

Referensi:
 Budi Sentosa, Iman. 2012. Spiritualisme Jawa. Yogyakarta: Memayung Publising
 Riefky, Tinuk. 2008. Kasatrian Ageng Selikuran dan Kasatrian Ageng. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
 Iaswedding.com
 http://mantenhouse.com/article/653-paes-ageng-riasan-pengantin-ala-keraton-yogyakarta-part-2.html
 http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/menguak-sejarah-tata-rias-dan-busana-paes-ageng-keraton-yogyakarta-dan-solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar