Foto oleh: M.
Syaifudin (Ucil)
Lukisan bak truk tentunya
bukan barang asing lagi. Apa lagi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan yang
sering dilalui oleh truk pengangkut. Sekalipun tidak tinggal di kawasan yang
sering melihat sliwar-sliwer truk
pengangkut, pastinya sering menjumpai ketika sedang berkendara atau melintasi kawasan yang sering
digunakan sebagai tongkrongan para sopir truk.
Di kawasan Mojosongo tepatnya
di sekitar kampus dua ISI Surakarta, dapat dijumpai jejeran truk yang diparkir
dan diistirahatkan sejenak oleh pengendaranya. Sejauh mata memandang memang tak
banyak bak truk yang dilukis, namun masih dapat dijumpai walau satu dua bak.
Mungkin karena kebanyakan truk yang diparkir di sana milik pabrik dan
perusahaan besar makanya jarang ada yang dicorat coret. Pemandangan akan berbeda ketika jalan-jalan ke Jawa Timur,
nyaris semua bak truk entah bagian belakang atau samping selalu dihiasi lukisan
dengan tulisan yang memberi kesan pada pengendara lain yang melihatnya.
Entah sejak kapan bak truk
digunakan sebagai media melukis. Tidak jelas memang jika ditanya tentang asal
usul kelahirannya. Tapi lukisan bak truk selalu memberi kesan yang sensasional.
Bukan gambarnya, tapi tulisan-tulisan yang melengkapi gambarnya atau justru
sebaliknya?
Lukisan dan tulisan pada bak
truk itu sendiri dibuat oleh perusahaan variasi dan koroseri. Gambar dan
tulisan pada bak truk dewasa ini bahkan sudah banyak yang menggunakan stiker
bukan lagi lukis manual. Segala kreasi dan kreatifitas tertuang dalam karya
lukis tersebut. Entah inspirasinya dari si pemilik truk, si pengemudi truk atau
memang difungsikan untuk menghias truk. Sepertinya truk tak ingin kalah saing
dengan super model yang tampil cantik dengan busana di atas cat walk, bak truk pun juga ingin tampil
menawan di sepanjang jalan raya yang dilintasinya.
Gambar yang mempercantik bak
truk jika dilihat dari kaca mata estetika tentu masih jauh dibanding
karya-karya lukis pada kanvas para seniman yang dipamerkan di galeri-galeri
atau dimuat dalam katalog. Namun apa tidak ada yang menarik atau yang indah
dari lukisan bak truk? Yang membuat indah justru bukan dari gambarnya melainkan
pada tulisan-tulisan yang menyertai gambarnya. Ketika membaca tulisan-tulisan
itu banyak orang yang tertawa, entah bahagia atau geli yang jelas lukisan bak
truk seolah menjadi rambu-rambu alternatif yang gayeng. Istilah gayeng
sendiri juga agak ambigu jika dijabarkan, tidak jelas pengertiannya. Anggap
saja sesuatu yang seru untuk disaksikan.
Permasalahannya kenapa
tulisan-tulisan itu menjadi sesuatu yang gayeng
dan seolah memberi kesan yang menghibur serta gampang diingat. Yah, seni jalanan memang dibuat dengan penyampaian
yang sederhana dan lugas agar dapat secara langsung dimengerti oleh pengguna jalan. Sepintas lewat sepintas meresap. Meresap
dalam ingatan maksutnya. Oleh karena itu tulisan pada bak truk tidak terlalu
muluk-muluk dan cenderung menggunakan pemilihan kata yang akrap dengan
masyarakat, cara gampangnya bahasa yang mudah dicerna serta bernada lucu.
Kalimat yang sering membekas
dan sering muncul pada lukisan bak truk antara lain “ku tunggu jandamu”, sedot
WC, rejekiku soko silitmu”, “cintamu tak seberat muatanku”, “pulang dimarahi
nggak pulang dicari”, “do’a ibu menyertaimu”, “gadis soleh” dan masih banyak
lainnya. Entah kenapa konotasi kalimat-kalimat tersebut beberapa terkesan
ngeres, namun justru yang berkesan ngeres itu yang biasanya berkesan bagi pengendara
lain yang membacanya. Belum lagi ilustrasi yang menjelaskan kalimat tersebut
pun juga kadang digambar agak seronoh. Dan karakter perempuanlah yang sering
muncul dalam ilustrasi tersebut.
Kenapa perempuan? Wajar saja,
jawabannya adalah karena sopir truknya kebanyakan laki-laki dan sebagian besar yang diilustrasikan dalam lukisan tersebut berangkat
dari pengalaman batin sopir dalam hiruk pikuk kehidupannya yang jauh dari
keluarga. Sosok perempuan yang dimunculkan bisa saja sebagai pemanis, namun
juga sebagai pelepas kerinduan pada istri mereka di rumah. Permasalahannya bukan pada perempuan tapi pada sensasi gayeng yang diberikan oleh tulisan-tulisan pada lukisan bak truk. Apa
ya? Sama seperti slogan yang memberi kesan dan pengaruh. Tulisan pada lukisan
bak truk yang singkat, padat, dengan bahasa yang merakyat walau terkadang tanpa
muatan jadi gampang diingat oleh masyarakat pembacanya. Dan sesuatu yang tanpa
muatan itulah terkadang yang menimbulkan sensasi gayeng.
Seolah lukisan yang awalnya
dibuat untuk menghias bak truk, malah jadi tontonan pengguna jalan dan gambar
yang menjadi point of interest justru
dikalahkan oleh tulisan-tulisan yang awalnya bersifat memperjelas. “terkadang
yang membuat berkesan justru tulisan bukan gambarnya” kata Ahsin Tohari
mahasiswa Seni Rupa Murni ISI Surakarta selaku pengguna jalan yang kerap
menjumpai tulisan pada lukisan bak truk.
Ngeres, lucu, gambaran dari
kehidupan sang sopir truk atau bahkan sebuah do’a. Lukisan pada bak truk
sifatnya hanya untuk menghias dan identitas perusahaan, itu pun jika yang
dilukis adalah logo atau slogan perusahaan sebagai iklan berjalan juga bisa. Namun mayoritas lukisan bak truk dibuat
untuk mempercantik truk.” Biar nggak bosen mbak, lihat bak truk yang polos” terang pak Aminudin, sopir truk yang ditemui di
warung makan dekat parkiran truk daerah Mojosongo.
Apa hanya sekedar
gayeng? Siapa yang menganggapnya gayeng? Gayeng tidaknya lukisaan bak truk
tergantung dari siapa penikmatnya. Untuk orang yang berselera humor dan easy going tentu tulisan pada lukisan
bak truk dianggap untuk seru-seruan. Apa penilaian seseorang sama akan suatu
hal? Tentu saja tidak, sama halnya dengan selera masing-masing orang yang juga
heterogen.
Melihat kondisi hal
tersebut, jelas gambar-gambar pada bak truk beserta tulisannya memang saru dan
terlalu fulgar. Serba terlalu lukisan bak truk itu. Kadang terlalu baik seperti
tulisan “do’a ibu menyertaimu” dengan gambar perempuan tua berjilbab yang
sedang berdo’a, namun juga terkadang sangat fulgar dan bisa dibilang kaya unsur
pornografi seperti pada tulisan “ku tunggu jandamu” dengan gambar perempuan
sexi berbaju merah yang serba minim dan pose menggoda. Jika bukan pose, tulisan
rusuh itu juga kadang bisa mensugesti pikiran ke arah yang tidak baik.
Beberapa kalangan menganggap
fenomena ini membawa dampak negatif disamping mampu memberi kegayengan tersendiri. Dampak negatif ini
sangat berpengaruh pada anak-anak di bawah umur. Lukisan beserta tulisan
tersebut tervisualkan pada bak truk yang bebas melintasi jalan raya. Secara
otomatis tidak ada batasan usia bagi yang diperbolehkan untuk melihat maupun
tidak. Istilahnya peredaran lukisan seronoh itu tidak melalui sensor sebelum
turun ke jalan raya. Al hasil tak sedikit anak-anak yang melihat pemandangan
yang tidak sepantasnya untuk dilihat. Secara tidak langsung lukisan bak truk
yang bernada ngeres itu pun turut menyumbangknan pendidikan yang tidak baik
pada anak-anak yang menyaksikannya. Sama halnya dengan tayangan televisi yang
salah sasaran. Tayangan yang harusnya untuk dewasa namun ditayangkan pada jam tonton
anak-anak, tentu akan memberi dampak kurang baik pada perkembangan mental dan
psikologi anak-anak itu juga. Tapi masalahnya siapa yang memiliki kewenangan
untuk mensensor lukisan-lukisan bak truk tersebut? Tentu saja kesadaran tersebut
harus muncul dari semua pihak, tidak bisa hanya dari pemilik truk saja.
Di samping dampak
negatif dari lukisan bak truk yang cenderung seronoh, beberapa kalangan juga
menganggap lukisan pada bak truk mengganggu konsentrasi pengendara lain. Akibatnya
di wilayah Solo muncul protes yang cukup besar pada pengadaan lukisan bak truk.
Mungkin hal ini pula yang mengakibatkan lukisan pada bak truk sudah jarang
bahkan sulit ditemukan. Munculnya protes tersebut dikarenakan sering terjadi
kecelakaan lalu lintas akibat pikiran yang teralihkan ketika berkendara.
Teralihkannya dikarenakan konsentrasi melihat gambar dan tulisan di depannya
(bagian belakang bak truk). Terlalu asyik mengamati lukisan sampai tidak sadar
kalau truk berhenti. Menyedihkan jika sebuah karya seni yang dibuat dengan
tujuan memberi keindahan pada bak truk justru memakan korban jiwa. Namun tidak
bisa dipungkiri bahwa lukisan tersebut memberikan spirit tersendiri pada sopir
truk.
Membawa dampak negatif maupun positif atau memiliki pesan dan maksud tersendiri terhadap
masyarakat pengguna jalan yang menyaksikan lukisan bak truk, lukisan ini hanya sepintas lewat dan secepat itu
pula pesan itu dilupakan
tapi bisa juga membekas ketika lukisan beserta tulisannya benar-benar mampu
menarik perhatian pengguna jalan. Meresap tapi tak tahan lama karena sifatnya hanya sebentar namun mampu memberi efek yang tak
terduga. Bisa hanya sekedar keseruan belaka atau bahkan sampai berdampak negatif
pada anak-anak di bawah usia, bisa juga mensugesti sesuatu yang tidak
sewajarnya. Misal saja ketika membaca kalimat “mama papa digoyang” membaca
tulisan tersebut jelas mayoritas pengguna jalan akan berasumsi pada hubungan
intim karena di sana
menyebutkan kata mama dan papa.
Sama halnya dengan poster atau iklan, menarik perhatian dan bersifat mensugesti. Ketika sudah lewat, ya sudah, ketertarikan itu pun ikut lewat namun belum tentu
sugesti itu akan dengan mudah dilupakan. Walau sebentar namun cukup membuat
para penikmatnya tersenyum ketika membacanya. Yah, itulah lukisan bak truk,
karya seni jalanan, rambu-rambu alternatif yang memberi sensasi gayeng tersendiri dan serentet efek sampingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar