Uang merupakan alat bantu
tukar yang dapat digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Tak ada manusia
yang menapik pentingnya peran uang dalam kehidupan sehari-hari. Nyaris tak ada
sesuatu yang gratis saat ini, bahkan untuk
sekedar buang kotoran pun dikenakan biaya.
Keberadaan uang seolah menjadi
kendali kehidupan manusia. Dewasa ini rasanya manusia tidak bisa hidup tanpa
uang. Ketika ada anggapan bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang,
yah...itu memang benar. Tapi uang memang saat ini berada pada porsi besar yang
membuat manusia tetap bertahan. Entah bertahan hidup atau tetap bertahan pada
status sosial tertentu.
Perannya yang sangat dominan
dalam kehidupan manusia ini kerap kali menimbulkan permasalahan. Krisis uang,
kurang uang, maling uang, tipu-tipu bahkan bingung bagaimana menghabiskan uang
yang sudah terlalu banyak. Permasalahan klise seputar uang yang sering terjadi
adalah kekurangan uang.
Problem kekurangan uang atau
krisis uang memang kerap kali menjadi momok setiap manusia. Baik yang sudah
bekerja maupun yang masih setia menyandang status pengangguran. Status
pengangguran disini tidak hanya mereka yang tidak punya pekerjaan. Pelajar dan
mahasiswa pun bisa dkategorikan pengangguran sekali pun mereka memiliki
pekerjaan yaitu belajar, tapi tetap saja palajar dan mahasiswa masih
menengadahkan tangan pada orang tua dan tidak menghasilkan. Akan sangat berbeda
jika berbicara tentang kuliah sambil kerja.
Krisis ini muncul kapan dan
dimana pun dia ingin muncul. Atau lebih tepatnya bergantung pada bagaimana
seseorang mampu memenejemen keuangan dalam kantong dan tabungannya. Namun tentu
tidak jarang kita mendengar istilah tanggal tua. Ada apa dengan tanggal tua?
Tanggal tua adalah masa dimana mahasiswa khususnya anak kos mengalami krisis
moneter. Sering sekali mahasiswa ngutang sana-sini hanya untuk menyambung hidup
sambil menunggu kiriman dari orang tua datang. Ada juga yang mendadak
menciptakan peluang usaha contohnya teman saya Rian (nama disamarkan) mendadak
dia menjadi penjual barang-barang bekas yang sebenarnya adalah barangnya
sendiri. Kerap kali Rian menyesal sudah menjual barang-barang kesayangannya
hanya karena uang kiriman belum juga datang. Selain itu ada juga yang mendadak
jadi matre. Setiap kali ada orang minta tolong dia selalu bilang “wani piro?”
dan ada juga anak soleh yang mengambil alternatif positif. Beberapa teman yang
saya kenal sudah menerapkan cara ini dan berhasil melewati tanggal tua tanpa
hutang, jual barang dan hujatan karena menjadi matrealistis.
Ketika kamu masih dalam
kondisi berkecukupan atau tanggal muda, kamu tetap bisa berfoya-foya, tapi
ingat! Jangan membelanjakan uang receh. Ketika memperoleh kembalian receh
sesegera mungkin masukkan ke celengan atau wadah yang selalu kamu simpan di kosan
atau rumah. Kumpulkan setiap keping uang receh yang kalian pereoleh. Dan ketika
tanggal tua datang dan keuangan mulai menipis, recehan itulah yang akan membantu melewati
cobaan di tanggal tua. Sesuatu yang simple dan kecil namun jika dijaga dengan
baik-baik akan berguna di saat terdesak. Walaupun mungkin ada beberapa kelompok
manusia yang rada gengsi membelanjakan uang receh.
Alternatif mengumpulkan uang
receh untuk penyambung hidup di tangal tua ini sudah diterapkan oleh beberapa mahasiswa.
Berdasarkan survey yang saya lakukan di kampus ISI Surakarta, khususnya di
Fakultas Seni Rupa dan Desain, mahasiswa yang melakukan alternatif ini
persentasenya sekitar 30% dan mayoritas bahkan hampir semuanya adalah wanita. 30%
memang angka yang kecil dibandingkan dengan 70 %. Namun disadari atau tidak uang
recehlah yang membentuk uang kertas yang nominalnya lebih besar.(28/11/2013:Fajar Hidayah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar