Jumat, 29 November 2013

Receh Penyambung Hidup Mahasiswa


Uang merupakan alat bantu tukar yang dapat digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Tak ada manusia yang menapik pentingnya peran uang dalam kehidupan sehari-hari. Nyaris tak ada sesuatu  yang gratis saat ini, bahkan untuk sekedar buang kotoran pun dikenakan biaya.
Keberadaan uang seolah menjadi kendali kehidupan manusia. Dewasa ini rasanya manusia tidak bisa hidup tanpa uang. Ketika ada anggapan bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang, yah...itu memang benar. Tapi uang memang saat ini berada pada porsi besar yang membuat manusia tetap bertahan. Entah bertahan hidup atau tetap bertahan pada status sosial tertentu.
Perannya yang sangat dominan dalam kehidupan manusia ini kerap kali menimbulkan permasalahan. Krisis uang, kurang uang, maling uang, tipu-tipu bahkan bingung bagaimana menghabiskan uang yang sudah terlalu banyak. Permasalahan klise seputar uang yang sering terjadi adalah kekurangan uang.
Problem kekurangan uang atau krisis uang memang kerap kali menjadi momok setiap manusia. Baik yang sudah bekerja maupun yang masih setia menyandang status pengangguran. Status pengangguran disini tidak hanya mereka yang tidak punya pekerjaan. Pelajar dan mahasiswa pun bisa dkategorikan pengangguran sekali pun mereka memiliki pekerjaan yaitu belajar, tapi tetap saja palajar dan mahasiswa masih menengadahkan tangan pada orang tua dan tidak menghasilkan. Akan sangat berbeda jika berbicara tentang kuliah sambil kerja.
Krisis ini muncul kapan dan dimana pun dia ingin muncul. Atau lebih tepatnya bergantung pada bagaimana seseorang mampu memenejemen keuangan dalam kantong dan tabungannya. Namun tentu tidak jarang kita mendengar istilah tanggal tua. Ada apa dengan tanggal tua? Tanggal tua adalah masa dimana mahasiswa khususnya anak kos mengalami krisis moneter. Sering sekali mahasiswa ngutang sana-sini hanya untuk menyambung hidup sambil menunggu kiriman dari orang tua datang. Ada juga yang mendadak menciptakan peluang usaha contohnya teman saya Rian (nama disamarkan) mendadak dia menjadi penjual barang-barang bekas yang sebenarnya adalah barangnya sendiri. Kerap kali Rian menyesal sudah menjual barang-barang kesayangannya hanya karena uang kiriman belum juga datang. Selain itu ada juga yang mendadak jadi matre. Setiap kali ada orang minta tolong dia selalu bilang “wani piro?” dan ada juga anak soleh yang mengambil alternatif positif. Beberapa teman yang saya kenal sudah menerapkan cara ini dan berhasil melewati tanggal tua tanpa hutang, jual barang dan hujatan karena menjadi matrealistis.
Ketika kamu masih dalam kondisi berkecukupan atau tanggal muda, kamu tetap bisa berfoya-foya, tapi ingat! Jangan membelanjakan uang receh. Ketika memperoleh kembalian receh sesegera mungkin masukkan ke celengan atau wadah yang selalu kamu simpan di kosan atau rumah. Kumpulkan setiap keping uang receh yang kalian pereoleh. Dan ketika tanggal tua datang dan keuangan mulai menipis,  recehan itulah yang akan membantu melewati cobaan di tanggal tua. Sesuatu yang simple dan kecil namun jika dijaga dengan baik-baik akan berguna di saat terdesak. Walaupun mungkin ada beberapa kelompok manusia yang rada gengsi membelanjakan uang receh.
Alternatif mengumpulkan uang receh untuk penyambung hidup di tangal tua ini sudah diterapkan oleh beberapa mahasiswa. Berdasarkan survey yang saya lakukan di kampus ISI Surakarta, khususnya di Fakultas Seni Rupa dan Desain, mahasiswa yang melakukan alternatif ini persentasenya sekitar 30% dan mayoritas bahkan hampir semuanya adalah wanita. 30% memang angka yang kecil dibandingkan dengan 70 %. Namun disadari atau tidak uang recehlah yang membentuk uang kertas yang nominalnya lebih besar.(28/11/2013:Fajar Hidayah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar